Jumat, 13 Februari 2015



Beribadah Sebagai Bukti Rasa Syukur
Alloh menciptakan manusia dalam bentuknya yang sempurna, memiliki panca indra yang memungkinkan dirinya untuk merasakan dunia di sekelilingnya, membimbingnya menuju jalan yang benar, menciptakan air segar dan makanan yang berlimpah yang kesemuanya itu ditujukan untuk kesenangan manusia. Setiap orang yang berdoa dan berbuat baik disebut bersyukur kepada Alloh sebab orang-orang yang mengingkari nikmat Alloh pasti juga tidak pernah ingat kepada Alloh.
Bersyukur hanya disaat menerima nikmat besar saja tidak akan berarti, itulah sebabnya orang mukmin hendaknya tidak pernah lupa untuk bersyukur kepada Alloh. Berterima kasih kepada sesama manusia untuk menunjukkan perasaan senang dan menghargai atas pemberiannya dan menggunakan pemberiannya itu sebagaimana mestinya. Adapun bersyukur (berterima kasih) kepada Alloh sebagai pengakuan bahwa semua kenikmatan itu adalah pemberian dari Alloh dan selanjutnya pemberian itu digunakan pada apa yang Alloh kehendaki, inilah yang disebut sebagai syukur.
Hanya saja, sebagai manusia kita sering lupa terhadap beragam nikmat dan karunia Allah Ta’ala tersebut, sehingga kita senantiasa mengeluh dengan problematika kehidupan kita. Keadaan ini sering menghinggapi kita baik secara sadar ataupun tidak sadar. Allah Subhanahu Wata’ala sendiri juga mengemukakan hal ini, yakni sifat mengeluh merupakan tabiat seorang manusia. Dalam Al-Qur’an surat Al-Ma’arij (70) ayat 19-20, Allah Ta’ala berfirman yang artinya, “Sungguh, manusia diciptakan bersifat suka mengeluh. Apabila dia ditimpa kesusahan dia berkeluh kesah.”
Oleh karenanya, marilah kita menjadi seorang muslim yang senantiasa menyadari bahwa nikmat dari Allah Ta’ala hakekatnya sangat banyak. Sehingga, begitu banyaknya nikmat-Nya tersebut seorang manusia tidak akan mungkin sanggup untuk menghitungnya. Dalam Al-Qur’an surat An-Nahl (16) ayat ke-18, Allah Ta’ala berfirman yang artinya, “Dan jika kamu menghitung nikmat Allah, niscaya kamu tidak akan mampu menghitungnya. Sungguh, Allah benar-benar Maha pengampun, Maha Penyayang.”
Menurut ayat tersebut, jangankan menghitung nikmat, mengkategorikannya saja tidak mungkin sebab nikmat Alloh tidak terbatas banyaknya, karenanya seorang mukmin tidak seharusnya menghitung nikmat, melainkan berdzikir dan mewujudkan rasa syukurnya. Anggapan kebanyakan orang, bersyukur kepada Alloh hanya perlu dilakukan pada saat mendapatkan anugerah besar atau terbebas dari masalah besar adalah keliru, padahal jika mau merenung sebentar saja, mereka akan menyadari bahwa mereka dikelilingi oleh nikmat yang tidak terbatas banyaknya, setiap waktu, setiap saat, tercurah kenikmatan tidak terhenti, seperti hidup, kesehatan, kecerdasan, panca indra, udara yang dihirup dan lain-lainnya. Namun, tidak sedikit manusia yang lalai untuk selalu bersyukur, bahkan nikmat yang Alloh SWT turunkan justru menjadikannya berlaku sombong di atas bumi ini, mereka inilah yang telah terkena bisikan dari setan, kaumnya dan pengikutnya.
Seharusnya kita juga semakin sadar bahwa, segala kelebihan dan kemudahan yang kita rasakan sekarang tak lain hanya dikarenakan kasih sayang-Nya yang begitu melimpah. Tanpa santunan dari Allah Ta’ala, manusia tidak mungkin mampu untuk bertahan hidup. Allah Subhanahu Wata’ala berfirman mengenai hal ini dalam Al-Qur’an Surat An-Nahl (16) ayat ke-53 yang maknanya, “Dan segala nikmat yang ada padamu (datangnya) dari Allah, kemudian apabila kamu ditimpa kesengsaraan, maka kepada-Nyalah kamu meminta pertolongan.”
Ibadah secara umum dapat dipahami sebagai wujud penghambaan diri seorang makhluk kepada Sang Khaliq-nya. Penghambaan itu lebih didasari pada perasaan syukur atas semua nikmat yang telah dikaruniakan oleh Alloh kepadanya. Kunci iman adalah ibadah, benar tidaknya ibadah seseorang sangat berpengaruh terhadap benar tidaknya imannya, dengan kata lain bila iman terpelihara maka dengan sendirinya ibadah pun berdampak teratur. Kita menyadari bahwa hakikat hidup manusia dan tujuan Alloh menciptakan manusia adalah untuk mengabdi hanya kepada-Nya, sebagaimana yang terkandung dalam Al Quran surat Adz Dzariyat (51) ayat ke-56, Alloh Subhanahu Wata’ala berfirman: “Tiadalah Aku (Alloh) menciptakan jin dan manusia melainkan supaya mereka beribadah kepada-Ku” .
Sahabat Nabi yang mendapat julukan gerbang ilmu Rasulullah, yakni Sayyidina Ali bin Abi Thalib ra mengelompokkan kedalam tiga model ibadah yang dilakukan umat islam yaitu :
Ibadah Al Tujjar (Ibadahnya Pedagang)
Sebagian kita jumpai orang melaksanakan ibadah karena mengharap keuntungan, bahwa disuatu saat nanti Alloh SWT akan membayar hasil ibadah dengan pahala sehingga termotivasi beribadahnya ingin mendapatkan pahala dan ingin masuk Surga. Menurut Ali bin Abi Thalib ra, orang yang beribadah kepada Alloh SWT karena mengharap imbalan itu adalah ibadahnya para pedagang, karena ibadahnya pedagang senantiasa yang terlintas dalam benak pikirannya adalah menghitung untung rugi.
Ibadah Al Abid (Ibadahnya Hamba Sahaya)
Ibadah hamba sahaya adalah orang yang melaksanakan ibadahnya karena takut dengan siksaan Alloh SWT, takut menghadapi azab pedih api neraka. Ali bin Abi Thalib ra menyatakan orang yang beribadah kepada Alloh SWT karena takut siksa api neraka, adalah ibadahnya hamba sahaya, dimana hamba sahaya atau budak belian, akan melaksanakan sesuatu ketika diperintahkan oleh majikannya dan meninggalkan suatu pekerjaan bila dilarang majikannya.
Ibadah Asy Syakirin (Ibadahnya Hamba Alloh yang Bersyukur)
Ibadahnya orang-orang yang bersyukur kepada Alloh SWT, menurut Ali bin Abi Thalib ra, model ibadah inilah yang sebenarnya, dimana ibadah yang dilakukan didasari atas rasa syukur kepada Alloh SWT atas segala nikmat, anugerah dan karunia-Nya. Ibadah yang dilakukan oleh hamba-hamba-Nya karena cintanya kepada Alloh SWT, Ibadah yang dilaksanakan karena ada kerinduan kepada Yang Maha Penyayang, Yang Maha Pengasih, Yang Maha Indah, Yang Maha pemberi Nikmat, yang senantiasa penuh kasih sayang kepada hamba-hamba-Nya. Alloh SWT, tidak pernah berhenti memberikan nikmat kepada hamba-hamba-Nya, nikmat dan anugerah-Nya terhampar dan berlimpah ruah di alam semesta ini, semua ciptaan-Nya diperuntukkan kepada semua hamba-Nya baik yang taat maupun yang durhaka sekalipun tiada luput dari pemberian-Nya.[]
Waullahu a’lam.

Selasa, 16 April 2013

Menghormati Wasiat Leluhur, Cintai Kejujuran


Menghormati Wasiat Leluhur, Cintai Kejujuran
Muhammad Afwan Romdloni
            Di Indonesia sangat kental dengan budaya sopan santun, ramah dan menjalankan apa yang diperintahkan oleh sesepuhnya. Sepertihalnya dengan sebuah wasiat yang disampaikan oleh orang yang akan meninggal, harus dilaksanakan para orang yang menjadi obyek pelaksanaan wasiat tersebut. Akan tetapi pelaksanaan tersebut ada batasnya, selagi tidak melanggar norma-norma yang ada dalam masyarakat pada umumnya.
            Contoh salah satu kisah kejujuran yang dialami oleh catherine keng bintang Cinema XXI, ia masih mengingat apa yang menjadi pesan-pesan nilai hidup dari orang tuanya. Diantara pesan yang masih dilakukan sampai sekarang tentang terus melakukan kejujuran. “sebagai anak muda, kita perlu pegangan dalam hidup” tuturnya (Jawa Pos 13/4). Mengapa harus menjaga hal-hal tersebut? Sebab, mereka tidak mau anak-anak mereka mengalami apa yang telah dialaminya pada masa lalu. Dan mereka telah merasakan dampak dari perbuatannya, yang menghambat perjalanan untuk menuju sebuah kesuksesan, lantaran penyesalan tersebut pasti berada di akhir.
Sebab kejujuran sendiri merupakan sebuah fondasi seseorang untuk bertindak dalam bermasyarakat. Bagaimana kita mau membangun sebuah rumah yang megah, akan tetapi kita belum memiliki sebuah fondasi yang belum memadai untuk menyangga bagian-bagian rumah yang lain. Perlu diketahui, tanpa sebuah kejujuran bagaikan seseorang tanpa pendirian, akan terombang-ambing dengan situasi kondisi yang di alami. Jika seseorang sudah tidak mempunyai pendirian, orang tersebut miskin akan kepercayaan. Sebab kunci utama untuk mendapat kepercayaan orang lain  hanyalah kejujuran. Kejujuran membuat pesona tersendiri yang mampu menyentuh nurani dan menuai kekaguman serta menumbuhkan kepercayaan terhadapnya.
            Kejujuran sendiri memiliki sebuah arti amanah, yakni bisa menjaga suatu yang menjadi tanggungannya. Berlaku jujur dalam kehidupan adalah tuntunan kebutuhan, yang selalu di junjung di masyarakat manapun, karena itu tidak ada kehidupan yang bahagia, aman, tenteram, dan selamat, tanpa kejujuran. Dengan demikian, sang generasi harus menjadikan jujur sebagai bagian dari kepribadian yang abadi.
Menurut pandangan Muhammad Abduh dalam buku Tafsirnya Al Manar sifat jujur memiliki tiga tingkatan. Pertama, jujur kepada Allah yaitu menepati janji untuk menaati semua perintah Allah dan meninggalkan larangan-Nya. Kedua, jujur terhadap sesama manusia, yaitu menjaga sesuatu yang diterima dan menyampaikannya kepada yang berhak menerima. Jujur semacam ini menurut Imam Ar-Razi, mencakup kejujuran para penguasa dan ulama dalam membimbing masyarakat mereka. Ketiga, jujur kepada diri sendiri. Allah telah membekali manusia dengan akal untuk membedakan yang hak dan batil. Pada tataran ini, banyak manusia yang mengkhianati dirinya dengan mengambil harta bukan miliknya. Dan inilah yang menjadi maslah yang marak terjadi di negara Indonesia yang disebut korupsi. Bahkan hal tersebut sudah menjadi kebiasaan yang wajar bagi kalangan mereka. Hal tersebut sesuai dengan apa yang telah melanda negara Indonesia yang belum mampu melaksanakan nilai-nilai yang terkandung dalam kejujuran itu sendiri.
Selain hal diatas yang menjadi perhatian saat ini adalah pelaksanaa ujian nasional yang dilaksanakan hari ini (15 April 2013) bagi kalangan SMA/MA sederajat. Sebab, unas ini menjadi salah satu biang kekacauan dalam pendidikan Indoneia sekarang ini. Pada dasarnya, kelulusan dalam sebuah ujian merupakan sesuatu yang mutlak untuk di capai, di lain pihak sebuah kelulusan harus di capai dengan kejujuran yang tinggi dan bersaing dalam hal kebaikan secara sehat. Karena unas ini menjadi tumpuan utama khususnya bagi para siswa umumnya para wali murid, guru, sekolah, pemerintah untuk meningkatkan uji kompetensi pendidikan di negara Indonesia.
Transparansi dalam ujian nasional akan mampu membentuk para siswa untuk jujur dan mandiri. Dengan sebab itu, pelaksanaan Ujian Nasional tahun ini harus jujur dan transparan agar tidak menimbulkan keresahan-keresahan di tengah masyarakat.  Bagi para siswa sendiri kelulusan menjadi tumpuan utama untuk menempuh jenjang tingkat yang lebih tinggi lagi. Tanpa kelulusan para siswa sulit bisa meneruskan ke tingkat yang lebih tinggi, bahkan tidak bisa. 
Berguru pada Pengalaman
            Sebagai manusia normal yang memiliki segudang kekurangan, kita mempunyai sebuah kewajiban untuk terus belajar untuk mencapai sebuah kesuksesan. Sampai kita akan meninggalpun kita tetap dituntut untuk terus belajar, belajar untuk disiplin, belajar untuk menjaga amanah, belajar untuk berlaku adil, begitu pula belajar untuk bersikap jujur. Padahal belajar sendiri memang tidak mudah, pasti memerlukan sebuah perjuangan dan juga pengorbanan. Maka dari itu kita harus memiliki misi untuk berubah, supaya tidak mengulangi apa yang menjadi kesalahan pada masa lalu.
            Dengan apa kita belajar? Yakni belajar dari sebuah pengalaman, baik pengalaman yang baik untuk terus ditingkatkan ataupun pengalaman yang buruk untuk ditingggalkan, demi sebuah kesuksesan untuk menjalankan sebuah perubahan. Dalam sebuah perubahan tidak akan tercapai kecuali dengan menentukan sebuah tujuan dahulu, sebab dengan tujuan semuanya akan menjadi fokus dan matang dalam mencapai perubahan. Serta tujuan tersebut tidak boleh keluar dari sebuah nilai-nilai yang luhur. Misalnya, dalam melaksanakan ujian nasional nanti untuk mengembangkan kemampuan dan membentuk watak serta peradaban bangsa yang bermartabat dalam rangka mencerdaskan kehidupan berbangsa. Bukan ingin mendapatkan tujuan yang lainnya.
            Dan marilah kita berbenah untuk perubahan Indonesia masa mendatang dalam menghadapi persaingan yang sangat tinggi dalam dunia internasional, dengan mencintai sebuah kejujuran.

Sabtu, 15 Desember 2012

"Pendidikan Bermutu"



Pendidikan Ala Pesantren
Oleh : Muhammad Afwan Romdloni

Hasil Ujian Nasional 2012 di salah satu jenjang pendidikan telah diumumkan oleh badan Pendidikan Nasional. Hal tersebut sangatlah di nantikan oleh para peserta Uian Nasional, dengan berbagai pengorbanan yang mereka lakukan untuk bisa melewati Ujian Nasional tersebut. Setelah mereka mengetahui kepastian kelulusan dalam Ujian Naional, mereka sekarang kebingungan untuk melanjutkan tujuan pendidikan ke jenjang yang lebih tinggi. Bagaimanan tidak? pasti mereka masih ragu untuk melanjutkan pendidikan karena saking banyaknya lembaga pendidikan baik dibawah naungan Kemendiknas, Depag maupun Swasta.
Di masing masing-masing lembaga tersebut pasti mempunyai kelebihan dan kelemahan yang ada di lalam proses pendidikan. Baik dalam segi proses pembelajaran, sosial budaya, lingkunagan lembaga tersebut, yang pasti itu semua berpengaruh bagi para murid yang ada di dalam lembaga tersebut. Maka dari itu, sangat diharapkan bagi mereka yang ingin melanjutkan ke jenjang pendidikan yang lebih tinggi diharapkan untuk memilih yang terbaik dari yang terbaik dari berbagai lembaga tersebut, dengan menimbang hal-hal yang di mungkinkan terjadi di masa mendatang.
Lembaga pendidikan adalah sala satu dari beberapa langkah yang harus di tempuh suatu negara untuk menciptakan masyarakat yang pependidikan dan berpengalaman. Sebab pendidikan harus dilakukan dengan sistematis dan teratur yang dilakukan dengan kontinue. Salah satunya lembaga yang tertua yang ada di indonesia ini, yang di rumuskan dan dirintis oleh para pendahulu kita para wali songo, sebagai salah satu pendidikan dalam islam. Dan lembaga ini telah terbukti sampai sekarang, yang telah  menghasilkan para kiyai-kiyai besar dan orang-orang yang berpengalaman tinggi dan mampu manusia yang sejati. Mereka bisa menghidupi keluarganya sendiri dari bekal yang ada di lingkungan pesantren.
Tidak bisa kita pungkiri jumlah pendidikan pesantren sekarang ini telah meladak, atau telah menyebar di berbagai wilayah di Indonesia baik di perdesaan maupun di perkotaan. Dan kwalitas-kwalitas yang sangat bersaing ketat di antara pesantren-pesanten yang ada. 4049 pesantren tersebar di wilayah jawa timur (data dari depag jatim 2012) dan terbukti jumlah tersebut yang tidak sedikit, belum lagi yang ada di wilayah lainya. Dan juga telah terbukti kwalitas yang di hasilkan orang-orang pesantren baik dikalangn pejabat maupun swasta. Bahkan telah mencapai tingkat presiden yakni KH. Abdur Rahman Wahid (Gus Dur). sebenarnya banyak produk-produk dari kalangan pesantren yang pantas dan mampu sebagai pemimpin negara (presiden), namun mereka lebih memberikan kesempatan tersebut kepada orang lain.
Pendidikan pesantren yang bersitem full day study membuat para sntri sendiri bisa teratur dalam pembelajaran. setiap waktu mereka dipantau dan diawasi oleh paar pengurus. Bagaimanan tingkah laku kesehaiannya?, Bagaimana perkembangan pendidikanya?, dll. Dan waktu-waktu yang ada telah terjadwal dengan sistematis dari bangun tidur sampai tidur kembali, sehingga tidak ada waktu yang terbuang sia-sia. Dan setiap waktu tersebut ada konsekuensi yang dilakukan bagai para santri yang tidak melaksanakan kegiatan yang telah terjadwal, dan konsekuensinya juga juga sesuatu hal yang benar-benar mendidik bagi para santri. Seupama dilakukan pemukulan juga sudah masuk dalam HAM juga tindak pidana, dan hal tersebut juga sangatlah tercela.
Pendidikan yang universal
            Dalam dunia pesantren tidak mengenal golongan, status, sosial budaya. Jadi dalam dunia pendidikan pesantren mereka bisa berbaur dengan berbagai golongan yang ada, secara tidak langsung mereka bisa belajar dengan teman-temanya yang berlainan golongan. Sebab pendidikan yang universal sangatlah dibutuhkan di negara indonesia, seperti halnya yang disampaikan bu muslimah dalam film Laskar Pelangi. Sebab banyak masyarakat Indonesia yang tidak mempunyai kemampuan yang sama baik dalam segi IQ dan EQ, dll.
Maka pesantren di sini bisa menerima santri bagaimanapun juga, karena pendidikan merupakn keawajiban bagi semua manusia, dan pesantren sendiri tidak bisa melarang seorang santri untuk menuntut ilmu di pesantren tersebut.
            Tidak hanya pada subyek saja, pendidikan pesantren juga memiliki pendidikan yang universal pula dalam segi objek pendidikan. Semua ilmu sekiranya baik dan mendukung keberlangsungn hidup masa depan, maka ilmu tersebut akan di sampaikan di dunia pesantren. Pesantren tidak terbatas hanya pendidikan agama, namun juga pendidikan umum, ketrampilan, kerajinan, seni, bahkan pendidikan yang berkaitan dengan multi media yang serba modern. 
            Modernisasi di pesantren juga tidak di abaikan, sebab modernisasi pada dasarnya merupkan perbaikan mind set dan tata kerja yang tidak rasional menjadi yang rasional, bukan mind set yang bersumber dari negara-negara barat (eropa).
Legalitas pendidikan pesantren
Pesantren sebagai salah satu lembaga pendidikan yang bersifat multidimensional telah menjadi bagian pendidikan nasional. Merujuk pada UU Nomor 20 tahun 2003 tentang sidiknas, posisi dan keberadaan pesantren sebenarnya memiliki tempat yang istimewa dalam dunia pesantren khususnya di Indonesia. Fungsi pendidikan nasional adalah mengembangkan kemampuan dan membentuk watak serta peradaban bangsa yang bermartabat dalam rangka mencerdaskan kehidupan berbangsa. Pesantren sendiri merupakan sebuah salah satu sistem yang mejunjung tinggi akan pendidikan moral para santri, dan hal ini sangat di butuhkan dalam kehidupan sehari-hari. Namun, kenyataan ini belum disadari oleh mayoritas masyarakat Indonesia. lembaga ini memiliki fungsi tambahan yang tidak kalah pentingnya dengan fungsi utama pendidikan formal dari pemerintah.
Meskipun dalam kenyataannya demikian pesantren sendiri selalu optimis dan bertujuan uantuk mensejahterkan masyarakat Indonesia, dan pesantren sendiri merupakan sebuah jalan untuk menumpas kebejatan di pemerintahan, para pemerintah korup yang tidak memiliki moral untuk menjunjung tinggi kebersamaan. Mereka hanya memeperkaya diri tanpa melihat bagaimana nasib orang lain di luar lingkungan mereka.  
         Bila dilihat dari hasil ujian nasional pendidikan pesantren juga tidak kalah dengan pendidikan umum, bahkan pendidikan pesantren juga bisa lebih tinggi darinya.

Minggu, 04 Desember 2011


Nilai-Nilai Filosofis Ajang SEA Games
Muhammad Afwan Romdloni*
Opening Ceremony SEA Games XXVI/2011 yang di ikuti oleh sebelas negara se-ASEAN tersebut telah berlangsung meriah dan megah yang dilaksanakan di Stadion Gelora Sriwijaya, Jakabaring Sports City (JSC) Palembang. Acara opening perhelatan olahraga se-ASEAN berlangsung sekitar seratus lima puluh menit tersebut membuat lebih dari 40.000 penonton di Gelora Sriwijaya yang terlena akan kemeriahannya. Perpaduan teknologi digital dan budaya membuat acara tersebut lebih terlihat elegan, yang menampilkan 4.500 penari kolosal bertema Musi-The Heart of The City karya Hartati, oleh para pemuda bangsa. Serta banyak lagi acara yang di tampilkan pada opening tersebut.
Walaupun disertai hujan saat opening tersebut, para penonton tetap sangat antusias untuk mengikutinya sampai selesai yang sebelumnya telah mendapatkan soufenir jas hujan dari panitia. Dalam sambutannya presiden menyatakan bahwa “JSC betul-betul bertaraf internasional,  dan ini membuktikan kerja keras untuk mencapai hasil yang maksimal”. Bahkan pesta tersebut di nilai sebagai acara termegah sepanjang sejarah ajang olahraga dua tahunan tersebut (Jawa Pos 12/11).
Tujuan adanya ajang SEA Games tersebut tidak lain merupakan sebagai alat ataupun sarana hubungan harmonis antar negara se-ASEAN untuk saling membantu dalam berbagai hal. Ajang tersebut mempunyai harapan besar untuk mampu harkat dan martabat negara-negara Asia Tenggara di kancah internasional. Karena dalam kaca mata internasional negara-negara tersebut masih di anak tirikan. Belum banyak pengakuan mereka dengan negara kita.  
“Selamat datang dan selamat bertanding, dengan semangat persaudaraan dan persahabatan, mari kita sukseskan SEA Games”. Itulah sambutan pertama yang disampaikan presiden Susilo Bambang Yudhoyono. Yang menjadikan bukti ajang SEA Games tersebut mempunyai tujuan bukan untuk saling mengalahkan dan menindas di antara negara yang bersangkutan. Namun mempunyai tujuan besar untuk menyatukan negara-negara Asia Tenggara  ini untuk terus mampu bersaing di kancah internasional.
Dalam segi internal ajang tersebut akan menumbuhkan kekompakan mereka dalam satu negara bahkan satu team untuk meraih kemenangan dengan maksimal. Dengan persaudaraan dan persahabatan akan mampu memperkokoh barisan kita untuk terus maju. Sebab suatu team tidak akan mengalami kesuksesan tanpa adanya rasa kekompakan yang tinggi di antara pemain yang ada.
Terkait dengan hubungan persahabatan dan persaudaraan tidak akan terlepas dengan banyaknya konflik yang timbul dalam kaum muda sendiri. Kian hari makin merajalela. Menurut George M. Foster, ada dua segi besar yang terkait dengan konflik yang terjadi dalam masyarakat. Pertama, masyarakat berada pada posisi yang paling tidak sehat atau berbeda pandangan atas sesuatu, termasuk nilai tertentu, disebabkan karena adanya penggolongan (fationalisme) berdasarkan parameter tertentu. Misalnya faktor kesukuan, keagamaan, ideologi dan kepartaian.
Kedua, pertentangan timbul di dalam masyarakat, oleh karena adanya perbedaan kepentingan (vested interest). Sebagai contoh, banyak dari perubahan sosial dalam ekonomi yang sedang dipromosikan di dunia dewasa ini, di tafsirkan sebagai pengancam situasi keamanan dari kelompok atau wilayah tertentu. Konflik yang ditimbulkan oleh kepentingan, bisa berwujud pertentangan antara pemilik modal uang (peminjam) dengan kredit dan sebagainya.
Implikasi Pembentuk Karakter
            Sesuai anjuran yang di sampaikan kemendiknas bahwa sangat ditekankan bagi kaum muda untuk menegakkan pendidikan karakter. Seorang pemuda tanpa karakter bagaikan pemuda tanpa masa depan. Dengan karakter tersebutlah seorang pemuda mengetahui jati dirinya, apa yang harus dilakukan ke depan untuk mencapai tujuannya. 
Pendidikan karakter memang sangatlah diperlukan bagi seluruh penduduk Indonesia dan khususnya para pemuda. Sebab dengan karakter itulah yang mampu membawa kaum muda bangsa untuk membawa negaranya untuk terus maju. Dengan SEA Games inilah para pemuda melakukan apa yang menjadi tanggung jawabnya, yakni menjadi atlet yang mengedepankan jujur, menjunjung sportivitas, dan mau menerima baik kalah maupun menang sesuai apa yang telah di ucapkan dalam janji atlet.
Mantan Ketua Mahkamah Konstitusi (MK), Jimly Asshiddiqie mengatakan, “Tantangan sekarang, bagaimana nilai-nilai filosofis yang ada dalam olahraga,  fair play, kejujuran, sportif, siap menang dan siap kalah, seperti di SEA Games kali ini bisa ikut mewarnai kehidupan berbangsa dan bernegara dimotori para pemuda,” (13/11/2011). Dengan suksesnya ajang SEA Games ini akan membuktikan bahwa negara-negara ASIA Tenggara khususnya bangsa Indonesia bisa berubah untuk  menyesuaikan perkembangan jaman, serta mampu bersaing dengan negara-negara lain yang terus mengalami kemajuan.
Bertambah banyaknya para pemuda mengetahui dan paham akan nilai keolahragaan, maka bertambah pula pemuda yang paham akan kejujuran dan kesportivitasan. Yang mempunyai dampak yang sangat positif untuk mencapai cita-cita bangsa. Sama halnya ketika berbicara politik dan kekuasaan, nilai-nilai olahraga mengajarkan tidak menganjurkan untuk saling mematikan lawan, namun di lain pihak para atlet harus siap menang dan siap kalah. Apabila ini berhasil dilakukan, implikasinya pada pembentukan karakter para pemuda, agar pemuda berkarakter ideal, menghadapi masa depan bangsa yang lebih baik nantinya.
Dengan pembenahan dan perbaikan yang mampu mengubah bangsa Indonesia ini dari keterpurukan, karena perubahan harus di capai. Pada dasarnya semua negara mempunyai potensi untuk mengalami perubahan yang signifikan. Tidak terkecuali Indonesia memiliki juga sangat berpotensi  menjadi bangsa yang besar di masa mendatang. Sebuah harapan yang di pikul oleh para pemuda pejuang bangsa.
Salah satu hal yang perlu dibenahi ke depan, tambah Jimly, “persoalan keadilan dan penegakan hukum”. Karena kian hari, rasa keadilan dan penegakan hukum yang ada masih sangat jauh dari kesempurnaan. Dengan sikap kejujuran dan sportivitas tersebut akan memberikan manfaat yang lebih baik kepada suatu bangsa untuk menegakkan maslah keadilan dan penegakan hukum. Apabila keduanya tidak dapat berjalan dengan baik, maka sulit pula Indonesia untuk bangkit dari kebobrokan. Yang berakibat semakin jauh bagi masyarakat maupun bangsa untuk mencapai cita-cita yang luhur negeri ini. Dengan SEA Games inilah mari kita tunjukkan dan kita buktikan kemajuan bangsa ini melalui jiwa para pemuda.

*)Lulusan Pon. Pes. Darul Huda Mayak, Ponorogo. Dan pengurus IPNU PK PT IAIN Sunan Ampel Surabaya.