Menghormati
Wasiat Leluhur, Cintai Kejujuran
Muhammad
Afwan Romdloni
Di Indonesia sangat kental dengan
budaya sopan santun, ramah dan menjalankan apa yang diperintahkan oleh
sesepuhnya. Sepertihalnya dengan sebuah wasiat yang disampaikan oleh orang yang
akan meninggal, harus dilaksanakan para orang yang menjadi obyek pelaksanaan
wasiat tersebut. Akan tetapi pelaksanaan tersebut ada batasnya, selagi tidak
melanggar norma-norma yang ada dalam masyarakat pada umumnya.
Contoh salah satu kisah kejujuran
yang dialami oleh catherine keng bintang Cinema XXI, ia masih mengingat apa
yang menjadi pesan-pesan nilai hidup dari orang tuanya. Diantara pesan yang
masih dilakukan sampai sekarang tentang terus melakukan kejujuran. “sebagai
anak muda, kita perlu pegangan dalam hidup” tuturnya (Jawa Pos 13/4). Mengapa
harus menjaga hal-hal tersebut? Sebab, mereka tidak mau anak-anak mereka
mengalami apa yang telah dialaminya pada masa lalu. Dan mereka telah merasakan
dampak dari perbuatannya, yang menghambat perjalanan untuk menuju sebuah
kesuksesan, lantaran penyesalan tersebut pasti berada di akhir.
Sebab
kejujuran sendiri merupakan sebuah fondasi seseorang untuk bertindak dalam
bermasyarakat. Bagaimana kita mau membangun sebuah rumah yang megah, akan
tetapi kita belum memiliki sebuah fondasi yang belum memadai untuk menyangga
bagian-bagian rumah yang lain. Perlu diketahui, tanpa sebuah kejujuran bagaikan
seseorang tanpa pendirian, akan terombang-ambing dengan situasi kondisi yang di
alami. Jika seseorang sudah tidak mempunyai pendirian, orang tersebut miskin
akan kepercayaan. Sebab kunci utama untuk mendapat kepercayaan orang lain hanyalah kejujuran. Kejujuran membuat pesona
tersendiri yang mampu menyentuh nurani dan menuai kekaguman serta menumbuhkan
kepercayaan terhadapnya.
Kejujuran sendiri memiliki sebuah
arti amanah, yakni bisa menjaga suatu yang menjadi tanggungannya.
Berlaku jujur dalam kehidupan adalah tuntunan kebutuhan, yang selalu di junjung
di masyarakat manapun, karena itu tidak ada kehidupan yang bahagia, aman,
tenteram, dan selamat, tanpa kejujuran. Dengan demikian, sang generasi harus
menjadikan jujur sebagai bagian dari kepribadian yang abadi.
Menurut
pandangan Muhammad Abduh dalam buku Tafsirnya Al Manar sifat jujur
memiliki tiga tingkatan. Pertama, jujur kepada Allah yaitu menepati
janji untuk menaati semua perintah Allah dan meninggalkan larangan-Nya.
Kedua, jujur terhadap sesama manusia, yaitu menjaga sesuatu yang diterima
dan menyampaikannya kepada yang berhak menerima. Jujur semacam ini menurut Imam
Ar-Razi, mencakup kejujuran para penguasa dan ulama dalam membimbing masyarakat
mereka. Ketiga, jujur kepada diri sendiri. Allah telah membekali manusia
dengan akal untuk membedakan yang hak dan batil. Pada tataran ini, banyak
manusia yang mengkhianati dirinya dengan mengambil harta bukan miliknya. Dan
inilah yang menjadi maslah yang marak terjadi di negara Indonesia yang disebut
korupsi. Bahkan hal tersebut sudah menjadi kebiasaan yang wajar bagi kalangan
mereka. Hal tersebut sesuai dengan apa yang telah melanda negara Indonesia yang
belum mampu melaksanakan nilai-nilai yang terkandung dalam kejujuran itu
sendiri.
Selain hal diatas yang menjadi perhatian saat
ini adalah pelaksanaa ujian nasional yang dilaksanakan hari ini (15 April 2013)
bagi kalangan SMA/MA sederajat. Sebab, unas ini menjadi salah satu biang
kekacauan dalam pendidikan Indoneia sekarang ini. Pada dasarnya, kelulusan
dalam sebuah ujian merupakan sesuatu yang mutlak untuk di capai, di lain pihak
sebuah kelulusan harus di capai dengan kejujuran yang tinggi dan bersaing dalam
hal kebaikan secara sehat. Karena unas ini menjadi tumpuan utama khususnya bagi
para siswa umumnya para wali murid, guru, sekolah, pemerintah untuk meningkatkan
uji kompetensi pendidikan di negara Indonesia.
Transparansi
dalam ujian nasional akan mampu membentuk para siswa untuk jujur dan mandiri.
Dengan sebab itu, pelaksanaan Ujian Nasional tahun ini harus jujur dan
transparan agar tidak menimbulkan keresahan-keresahan di tengah
masyarakat. Bagi para siswa sendiri
kelulusan menjadi tumpuan utama untuk menempuh jenjang tingkat yang lebih
tinggi lagi. Tanpa kelulusan para siswa sulit bisa meneruskan ke tingkat yang
lebih tinggi, bahkan tidak bisa.
Berguru
pada Pengalaman
Sebagai manusia normal yang memiliki
segudang kekurangan, kita mempunyai sebuah kewajiban untuk terus belajar untuk
mencapai sebuah kesuksesan. Sampai kita akan meninggalpun kita tetap dituntut
untuk terus belajar, belajar untuk disiplin, belajar untuk menjaga amanah,
belajar untuk berlaku adil, begitu pula belajar untuk bersikap jujur. Padahal belajar
sendiri memang tidak mudah, pasti memerlukan sebuah perjuangan dan juga
pengorbanan. Maka dari itu kita harus memiliki misi untuk berubah, supaya tidak
mengulangi apa yang menjadi kesalahan pada masa lalu.
Dengan apa kita belajar? Yakni
belajar dari sebuah pengalaman, baik pengalaman yang baik untuk terus
ditingkatkan ataupun pengalaman yang buruk untuk ditingggalkan, demi sebuah kesuksesan
untuk menjalankan sebuah perubahan. Dalam sebuah perubahan tidak akan tercapai
kecuali dengan menentukan sebuah tujuan dahulu, sebab dengan tujuan semuanya
akan menjadi fokus dan matang dalam mencapai perubahan. Serta tujuan tersebut
tidak boleh keluar dari sebuah nilai-nilai yang luhur. Misalnya, dalam
melaksanakan ujian nasional nanti untuk mengembangkan kemampuan dan membentuk
watak serta peradaban bangsa yang bermartabat dalam rangka mencerdaskan
kehidupan berbangsa. Bukan ingin mendapatkan tujuan yang lainnya.
Dan marilah kita berbenah untuk
perubahan Indonesia masa mendatang dalam menghadapi persaingan yang sangat
tinggi dalam dunia internasional, dengan mencintai sebuah kejujuran.
keren pak, maju lagi pak
BalasHapussebelum berakhir jabatan pean, kirim ke media dengan predikat.
penulis adalah ketua IPNU IAIN Sunan Ampel Surabaya, kan keren pak, bisa dibaca oleh khalayak umum dan dipndang lagi PK PT IPNU IAIN.pak
cuma usulan pak