Sabtu, 16 April 2011

KEYAKINAN HANYA TINGGAL PEMIKIRAN

KENYAKINAN HANYA TINGGAL PEMIKIRAN
Oleh: Muhammad ‘Afwan Romdloni*
Salah satu agenda besar dalam kehidupan berbangsa dan bernegara adalah menjaga persatuan dan kesatuan dan membangun kesejahteraan hidup bersama seluruh warga negara dan umat beragama. Hambatan yang cukup berat untuk mewujudkan ke arah keutuhan dan kesejahteraan adalah masalah kerukunan sosial, termasuk di dalamnya hubungan antara agama dan kerukunan hidup umat beragama serta pelaksanaan hukum yang ada. Persoalan ini semakin kursial karena terdapat serangkaian kondisi sosial yang menyuburkan konflik, sehingga terganggu kebersamaan dalam membangun keadaan yang lebih dinamis dan kondusif.
Negara Indonesia yang saat ini mengalami banyak masalah, salah satunya terjajah secara batin. Saat ini dapat di ibaratkan sedang mengikuti sebuah perlombaan untuk mencapai cita-cita luhur bangsa, dalam artian terciptanya kemajuan negara yang adil dan makmur. Dimulai sejak masa kemerdekaan dahulu yakni pada tanggal 17 Agustus 1945 sampai sekarang ini. Namun semua itu menimbulkan sebuah pertanyaan yang besar bagi kita, sampai kapan perlombaan ini akan selesai untuk mencapai finish? Hanya kita yang mengetahui jawabannya.
Indonesia sendiri sesungguhnya mempunyai suatu alat atau aturan yang telah diyakini bahwa dengan itu semua dapat memajukan kesejahteraan rakyat Indonesia, berupa empat pilar yang luhur yakni Pancasila, Undang-Undang Dasar 1945 (UUD 1945), Negara Kesatuan Republik Indonesia (NKRI), dan Bhineka Tunggal Ika. Namun semua itu harus didukung dengan perealisasian yang nyata dalam kehidupan sehari-hari. Betapapun baiknya sebuah peraturan perundang-undangan pada sebuah negara, apabila lembaga pelaksana tidak ada atau tidak menjalankan dengan maksimal. Maka peraturan yang sangat baik itu tidak akan berarti apa-apa, sebab tidak ada yang menjalankan dan mengawasi pelaksanaannya. Apa gunanya sebuah alat yang sangat canggih namun hanya dalam pemikiran belaka yang tidak berbuah dalam suatu tindakan yang nyata.
Arti Sebuah Keyakinan
Keyakinan adalah salah satu modal awal bagi kita untuk mencapai sebuah kesuksesan. Dalam menyelesaikan masalah apabila tidak dilandasi dengan sebuah keyakinan yang kuat sangat sulit untuk tercapai, tetapi apa gunanya suatu keyakinan yang tidak disertai dengan sebuah perbuatan, bahkan tidak mungkin untuk menyelesaikan maslah yang ada.
Praktek keyakinan diri dalam kehidupan sehari-hari selain banyak manfaat yang dirasakan, akan meningkatkan keberhasilan taraf hidup seseorang. Karena pada dasarnya seseorang yang memiliki keyakinan diri yang cukup besar akan merasa lebih nyaman dalam menghadapi segala masalah serta merasa cukup bekal dalam mengatasinya, serta wajib di sertai dengan sebuah perbuatan yang nyata. Pengertian kepercayaan diri sebenarnya dibangun dan berawal dari kerja otak seseorang. Apa yang orang pikirkan tentang kebenaran, maka itulah yang terlihat oleh orang atas diri orang tersebut.
Kenyataan dalam Negara
Titik Triwulan Tutik menuliskan dalam bukunya Pengantar Ilmu Hukum bahwa pelaksanaan hukum (law enforcement) di Indonesia ini tidak ada ketegasan sikap dalam menghadapi pelanggaran hukum. Indikator dapat dijadikan parameter di antaranya banyak kasus yang tertunda bahkan tidak diusut, serta laporan-laporan masyarakat tentang terjadinya pelanggaran atau kejahatan yang kurang ditanggapi. Dan itu pun juga kesadaran hukum yang rendah cenderung pada pelanggaran hukum, sedangkan semakin tinggi kesadaran hukum seseorang semakin tinggi pula kesadaran hukumnya. Kita lihat pelaksanaan hukum sekarang yang tidak sesuai dengan peraturan yang ada. Misalnya banyak ketidaksesuaian antara perbuatan pelanggar dengan hukuman yang diberikan.
Dalam hal ini tidak luput pada masalah pemerintahan saja, tetapi telah menyeluruh dalam semua permasalahan yang ada di negara. Misalnya dalam masalah kebersihan lingkungan, sebagaimana yang kita ketahui kebersihan adalah salah satu cara bagai mana kita untuk hidup sehat, yang telah termuat dalam UU. Tak lepas dalam UU agama islam sangat menganjurkan untuk menjaga kebersihan, serta kebersihan adalah sebuah cermin untuk mengetahui seberapa besar keimanan seseorang. Namun apa yang sekarang kita lihat di negara kita banyak sekali sampah-sampah yang berserakan dan pemukiman kumuh yang berada di pelbagai tempat, yang dibuat oleh orang-orang yang tidak mempunyai etika dalam kebersihan. Begitu juga dalam masalah tata tertib lalu lintas yang semua sudah di atur dalam pasal-pasal tersendiri, namun masih banyak kalangan masyarakat yang melanggar aturan tersebut serta mereka meyakini bahwa apabila melanggar sesuatu peraturan tersebut akan terjadi kejadian yang fatal yang terbukti masih banyak terjadi kecelakaan lalu lintas di setiap daerah. Dari situ dapat dilihat tidak adanya keseimbangan antara keyakinan dalam diri seseorang dengan perbuatan yang lakukan.
Keyakinan dalam Beragama
Terlebih dalam masalah agama, sesungguhnya masyarakat Indonesia mayoritas beragama islam. Dan di dalam islam sendiri banyak mengajarkan untuk selaras atau seimbang antara pengetahuan atau keyakinan dengan sebuah kenyataan. Namun dapat kita lihat bersama bahwa orang yang beragama yang tidak mau melaksanakan dengan perintah-perintah agamanya, jarang beribadah, mengabaikan aturan-aturan agama dalam hidupnya. Tetapi, ia bereaksi kalau agamanya diganggu. Orang tersebut tahu agama itu bagus dan penting, karenanya tidak menerima bila agamanya dihujat atau dilecehkan. Kalau ada acara-acara keagamaan ia mendukung, ia suka agama berkembang, ia memberi sumbangan dan menunjukkan dukungan simpatiknya. Dan ia merasa sudah baik dan benar dengan sikapnya seperti itu. Tetapi, orang itu sendiri tidak taat pada perintah-perintah agama yang dianutnya. Bahkan tidak merasa perlu melaksanakan shalat, puasa, menutup aurat, meningkatkan kesadaran.
Dengan demikian telah kita ketahui bahwa bangsa Indonesia mampu untuk mencapai puncak kemajuan, asalkan semua aturan-aturan yang ada baik dalam Negara ataupun agama dilaksanakan dengan maksimal. Karena minimnya kesadaran masyarakat Indonesia sekarang ini terhadap aturan tersebut. Maka dari itu, semua menjadi tugas besar kita bersama untuk meningkatkan kesadaran terhadap apa yang telah kita yakini bahwa itu baik bagi kita semua.
*Mahasiswa Fakultas Syari’ah IAIN Sunan Ampel Surabaya

Tidak ada komentar:

Posting Komentar